G
N
I
D
A
O
L

Mengapa Berpikir Bisa Membuat Capek?

Aktivitas berpikir sering kali dianggap sebagai sesuatu yang tidak terlalu melelahkan dibandingkan dengan aktivitas fisik. Namun, siapa pun yang pernah mengerjakan tugas kognitif yang rumit atau harus memusatkan perhatian untuk waktu yang lama pasti tahu bahwa berpikir bisa membuat capek. Mengapa ini bisa terjadi? Berikut adalah penjelasan ilmiah tentang bagaimana dan mengapa aktivitas berpikir bisa menguras energi dan menyebabkan kelelahan.

  1. Penggunaan Glukosa oleh Otak

Otak adalah organ yang sangat aktif secara metabolik. Meskipun hanya sekitar 2% dari berat tubuh, otak mengonsumsi sekitar 20% dari glukosa yang tersedia dalam tubuh. Glukosa adalah sumber energi utama bagi otak, dan ketika kita berpikir keras atau melakukan aktivitas kognitif yang intens, otak menggunakan lebih banyak glukosa. Penurunan kadar glukosa ini dapat menyebabkan perasaan lelah. Sebuah studi yang dilakukan pada mahasiswa menunjukkan bahwa mereka yang melakukan tugas kognitif berat selama 90 menit mengalami penurunan signifikan dalam kadar glukosa darah dibandingkan dengan mereka yang melakukan tugas ringan atau tidak melakukan tugas sama sekali.

  1. Aktivitas Neuronal dan Kelelahan

Aktivitas kognitif yang berat meningkatkan aktivitas neuronal di otak. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas neuronal ini membutuhkan lebih banyak oksigen dan energi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan mental. Neuron-neuron yang aktif melepaskan neurotransmitter seperti glutamat. Peningkatan level glutamat yang berlebihan dapat menyebabkan eksitotoksisitas, yang dapat merusak neuron dan menyebabkan kelelahan mental.

  1. Penurunan Konsentrasi

Kemampuan untuk mempertahankan perhatian dan konsentrasi menurun seiring dengan aktivitas mental yang intens. Penelitian oleh Gergely dan Kovacs (2019) menunjukkan bahwa aktivitas mental yang intensif menyebabkan penurunan kemampuan untuk mempertahankan perhatian dari waktu ke waktu. Ketika otak kita dipaksa untuk terus fokus pada tugas yang sulit, sumber daya kognitif terkuras dan ini berkontribusi pada perasaan lelah.

  1. Pengaruh Hormon Stres

Stres yang terkait dengan tugas kognitif yang sulit dapat menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol. Kortisol adalah hormon yang dilepaskan oleh tubuh sebagai respon terhadap stres. Dalam jangka pendek, kortisol membantu tubuh mengatasi situasi stres. Namun, kadar kortisol yang tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan fungsi kognitif. Ketika kita berpikir keras atau merasa tertekan oleh tugas yang sulit, tingkat kortisol kita meningkat, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan mental.

Dilansir dari www.cnnindonesia.com para peneliti mengatakan hal tersebut mendukung gagasan akumulasi glutamat membuat aktivasi lebih lanjut dari korteks prefrontal menjadi lebih berat, sehingga kontrol kognitif menjadi lebih sulit setelah seharian bekerja secara mental.

Jadi, berpikir memang bisa membuat capek karena otak memerlukan energi yang signifikan untuk aktivitas kognitif. Proses ini menguras sumber daya seperti glukosa dan oksigen, serta melibatkan pelepasan neurotransmitter dan hormon yang dapat menyebabkan kelelahan. Data dari penelitian menunjukkan bahwa aktivitas kognitif yang intens menyebabkan penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan rasa lelah, mendukung pengalaman sehari-hari bahwa berpikir keras dapat membuat seseorang merasa capek.

Dengan pemahaman ini, penting bagi kita untuk memberi otak waktu istirahat dan memastikan bahwa kita mendapatkan nutrisi yang cukup untuk menjaga tingkat energi tetap tinggi selama aktivitas kognitif yang intens. Beristirahat sejenak, mengonsumsi makanan bergizi, dan mengelola stres dapat membantu menjaga keseimbangan dan mengurangi kelelahan mental yang disebabkan oleh berpikir.